Rute Perjalanan
MOTTO
Ø Pendidikan
merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua.
Ø Belajar
dan bekerjalah dengan giat tanpa pamrih.
Ø Ketergesaan
dalam setiap usaha membawa kegagalan
Ø Pengalaman
adalah guru yang terbaik tetapi buang lah pengalaman buruk yang hanya
merugikan.
Ø Pengetahuan
adalah kekuatan.
Ø Kesopanan
adalah pengaman yang baik bagi keburukan lainnya.
Ø Tetap
rendah hati dengan kelebihan kita, dan jangan menjadi rendah diri dengan
kelemahan kita
Kata Pengantar
Assalamaualaikum W.W.
Puji Syukur kehadiran Allah SWT
karena atas limpahan Rahmat, Taufiq, Hidayah serta Inayyah-Nya penulis dapat
menyelesaikan karya tulis yang berjudul “Laporan Perjalanan Study Wisata”.
Tidak lupa penulis selalu ucapkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi
Muhhammad SAW.
Dalam penulisan karya tulis ini
penulis telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan dan waktu
yang penulis miliki, sekaliun pada akhirnya ‘tak ada gading yang tak reyak’
untuk itu penulis sangat mengharap kritik dan saran pembaca, yang nantinya
dapat membangun menjadi lebih baik lagi. Semoga karya tulis ini dapat
bermanfaat dan berguna untuk kita semua.
Wassalamualaikum W.W.
Bandarlampung,
17 Februari 2014
Penulis
Terima Kasih
Saya selaku penulis
Laporan kegiatan Study Wisata ini
mengucapkan terima kasih keapda :
-
Almamaterku yang telah mengadakan
program Study Wisata
-
Kepala Sekolah SMP Alkautsar
Bandarlampung, Ibu Dra. H. Sri Purwaningsih
-
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum
SMP Alkautsar Bandarlampung Bapak Rudiyanto, S.pd.
-
Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan
SMP Alkautsar Bandarlampung Bapak Hi. Choirul Saleh, S.S.
-
Guru pembimbing Bus 3 Study Wisata Bapak
Agus Sugiarto, S.pd. ,Bapak Rizal Alam, Ibu Lela Suri, dan Ibu Eka
-
Guru Bahasa Indonesia Bapak Hi. Choirul
Saleh, S.S.
-
Kedua orangtua yang telah memberi izin
untuk mengikuti kegiatan Study Wisata dan memberi dukungan hingga
terselesaikannya program ini.
-
Teman – Teman yang telah memberi kritik
dan saran dalam penyelesaian Laporan Study Wisata
DAFTAR ISI
Rute
Perjalanan........................................................................................................................ I
Motto...................................................................................................................................... II
Kata
Pengantar.....................................................................................................................
III
Terima
Kasih........................................................................................................................ IV
Daftar
isi................................................................................................................................ V
Bab I
(Pendahuluan).............................................................................................................. 1
1.1. Latar
Belakang....................................................................................................
1
1.2. Tujuan
Kegiatan................................................................................................... 2
1.3. Objek Wisata yang Dikunjungi..........................................................................
2
1.4.Persiapan
Keberangkatan.................................................................................... 3
1.5. Hari Pertama, 22 Desember 2013..................................................................... 3
1.6. Hari Kedua, 23
Desember 2013........................................................................ 4
1.7. Hari Ketiga, 24 Desember 2013......................................................................... 8
1.8. Hari Keempat, 25 Desember 2013..................................................................... 17
1.9. Hari Kelima, 26 Desember 2013........................................................................ 19
2.0 Hari Keenam, 27 Desember
2013........................................................................ 22
Bab II (ISI)..............................................................................................................................
23
II.I Seputar Candi
Prambanan......................................................................................23
II.II Seputar Museum
Kelistrikan dan Energi Baru.....................................................41
Bab III
(Penutup)......................................................................................................................45
III.I Penutup.................................................................................................................45
Lampiran....................................................
.............................................................................46
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Proses
belajar mengajar yang dicanangkan oleh pemerintah dan tertuang dalam kurikulum
tetntunya tidak diartikan secara tekstual belaka, yaitu hanya dalam bentuk
penyampaian dari narasumber dalam hal ini guru sebagai pengajar kepada siswa
subjek yang diajar, secara berkala melalui metode lisan maupun tulisan dengan menggunakan
berbagai sumber belajar. Namun, proses belajar juga meliputi proses pengamatan
langsung kepada objek –objek yang berkaitan dengan bahan pengajaran yang dapat
dilihat atau ditemui hal – hal yang bersumber dari lingkungan sekitar yang
diformulasikan menjadi teori dan bidang 0 bidang ilmu sementara tujuan
pembelajaaran sendiri adalan selain memberi pemahaman dan keterampilan juga
menanamkan pengalaman – pengalaman yang berarti dan dapat dijadikan dasar
pemikiran serta perilaku baik dimana sekarang maupun yang akan datng bagi siswa
didiknya.
Untuk
mencapai pengalaman belajar yang mengesankan, tentunya siswa juga diajak untuk
melihat dan berinteraksi langsung dengan obje objek yang menjadi salah satu
bagian bahan ajar yang mereka pelajari di sekolah, tidak hanya melihat di buku
pelajaran. Dalam hal ini, sesekali siswa diajak berpergian untuk meneliti dan
mengamati sesuatu dengan pelajaran yang diambil sekalipun berwisata.
Salah
satu program SMP Alkautsar Bandarlampung yang merupakan kegiatan rutin OSIS ialah
Kegiatan Study Wisata atau Wisata Ilmiah kegiatan yang membawa siswa – siswi
khusunya kesebuah objek wisata yang berkaitan dengan pelajaran tertentu,
misalnya seperti Sejarh,Fisika, Kimia, Matematika.
1.2
Tujuan
Kegiatan
1. Memperkenalkan
siswa kepada objek wisata tertentu yang berkaitan dengan bidang ilmu tertentu.
2. Mengajak
siswa mengamati dan meneliti objek wisata yang dimaksud.
3. Melakukan
proses belajar mengajar melalui mtedo langsung berupa pengamatan langsung
terhadap objek atau sumber belajar.
4. Menciptakan
kondisi dan nuansa belajar yang lain dari yang biasanya berlangsung disekolah.
5. Mengajar
siswa untuk berinteraksi langsung pada lingkungan sebagai sumber ilmu.
6. Membawa
sisswa dan guru untuk berinteraksi sambil mencari ilmu.
1.3 Objek
Wisata yang Dikunjungi
1. Candi
Borobudur
2. Candi
Prambanan
3. Taman
Pintar
4. Keraton
Yogyakarta
5. Malioboro
6. Owabong
7. PP
Iptek
8. Museum
Kelistrikan
9. TMII
(Taman Mini Indonesia Indah
10. ITC
Cempaka Mas
11. Masjid
An- Nur
1.4
Persiapan Keberangkatan
Pada
hari Minggu tanggal 20 Desember 2014, tepat pukul 07.00 WIB Saya telah berkumpul di SMP Alkautsar Bandarlampung,
disana terlihat sudah banyak peserta lain yang sudah datang
Setelah
itu kami memasuki kelas masing – masing yang telah ditentukan sesuai dengan bus
masing – masing untuk diberikan pengarahan oleh guru pembimbing. Didalam kelas
kamij uga dibagikan buku panduan yang berisi rute perjalanan dan panduan
panduan lainnya , seperti panduan sholat, dll. Dan juga tidak lupa kami
memeriksa barang bawan kami agar tidak ada satupun barang yang tertinggal.
Setelah selesai, kami memasuki bus masing – masing.Sebelum berangkat kami
berdoa bersama agar kegiatan Study Wisata dapat dilancarkan yang dipimpin Bapak
Agus. Setelah semuanya telah siap, kami berangkat meninggalkan SMP Alkautsar
pada pukul 08.30 .
Saya
menaiki bus 3 dan duduk bersampingan dengan Azri Alvaizar Aqmar yang juga teman
satu kelas saya, yaitu 8A yang akrab di sapa Azri. Di tengah perjalanan menuju
Bakauheni, Saya bersama teman teman bus 3 lainnya bernyanyi ria bersama tour
leader. Tidak terasa kurang lebih 4 jam, akhirnya kami sampai di Bakauheni.
1.5
Hari Pertama, 22 Desember 2013
Pukul
09.00 kami meninggalkan Sekolah untuk melakasanakan kegiatan study wisata.
Setelah kurang lebih 4 jam, akhirnya kami sampai di Bakauheni. Ombaknya tidak
terlalu besar, sehingga tidak membuat kepala pusing dan juga keadaan pada saat
itu sedang turun hujan gerimis. Sebagian peserta kegiatan study wisata SMP
Alkautsar melihat indahnya pemandangan lautan dan juga berfoto - foto, sebagian
pula masuk kedalam kapal untuk beristirahat. Pukul 03.35 WIB kami tidak lupa
Sholat jamak qasar di mushola kapal.
Setelah
kurang lebih 4 jam Kami mengarungi samudra kurang lebih Pukul 05.30 WIB,
akhirnya kami sampai di Merak dengan selamat. Setelah bunyi kapal tanda akan
merapat kami menuju bus untuk kembali melanjutkan perjalan menuju Yogyakarta,
saat Kami menuju Yogyakarta kami tidak lupa untuk melaksanakan salat Jamak
qasar magrib isya yang dilanjutkan dengan makan makan di salah satu Rumah
Makan.
Seperti
biasa kami bersenda gurau, bernyanyi ria bersama di bus. Tidak terasa hari pun
sudah larut malam, dan akhirnya Kami diperintahkan agar segera tidur mengingat
perjalanan yang masih jauuh dan membutuhkan kondisi tubuh yang baik pula.
1.6.
Hari Kedua, 23 Desember 2013
Pukul 04.30 kami berhenti di sebuah masjid yang letaknya di daerah Jawa
Tengah untuk melaksanakn sholat subuh. Pukul 06.30 Kami singgah di sebuah rumah makan
di daerah Tegal untuk mandi dan dilanjutkan dengan sarapan pagi. Kami mengantri
untuk mandi, namun antrean sangat banyak, akhirnya kami memutuskan untuk melaksanankan sarapan pagi terlebih
dahulu. Begitupula dengan semua peserta Study wisata lainnya dan juga para guru
beserta para tour leader. Hal tersebut dilakukan agar untuk mengefektifkan
waktu karena mengingat perjalanan yang masih jauh.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup
lama dan sedikit membosankan, pukul
19.15 kami tiba di Kerajinan Perak. Disana terdapat berbagai kerajinan
perak dengan harga yang beragam mulai
dari Rp20.000,00 sampai Rp7.000.000,00. Berikut sejarah singkat mengenai
Kerajinan Perak :
v Sejarah dan Informasi Seputar
Kerajinan Perak
Kerajinan perak kota gede dahulu berasal
ketika Panembahan Senopati di Mataram (Kota Gede) memerintahkan Abdi Dalem
Kriya membuat perhiasan dari emas dan perak, Bagaimana jika tidak? mungkin saja
Kotagede tidak akan pernah mendapat julukan sebagai Kota Perak. Andai kata
pihak Keraton Yogyakarta, terutama pada masa pemerintahan Sultan Hamengku
Buwono VIII, tidak terpikat dengan hasil kerajinan logam berciri tradisional
hasil sentuhan tangan abdi dalem kriya Kotagede, mungkin kilap perak sudah lama
terbenam di antara rumah joglo (lambang kejayaan kekuasaan tradisional Jawa)
dan rumah loji (dengan ciri seni bangunan Eropa sebagai lambang kejayaan para
pedagang atau pengusaha pribumi yang berhasil).
Argentum (Latin), itulah asal kata
perak, sehingga dalam ilmu kimia, perak ditandai dengan lambang Ag (dengan
nomor atom 47). Perak dimanfaatkan untuk membuat uang logam, perhiasan, sendok
garpu, bahkan menyeruak dalam pembuatan bantalan mesin pesawat terbang. Di
Indonesia, kerajinan perak berkembang pesat di Kotagede. Menurut catatan Djoko
Soekiman, sudah sejak abad ke-16 (masa kerajaan Mataram Islam), Kotagede muncul
sebagai pusat perdagangan yang cukup maju; hal ini setidaknya ditandai dengan
sebutan lain untuk kota ini, yaitu Pasar Gede yang dapat diartikan sebagai
‘pasar besar’ (pusat perdagangan yang besar). Selain itu, sebagai pusat
perdagangan barang-barang kerajinan, nama-nama wilayah di Kotagede pun
berkaitan erat dengan nama usaha kerajinan yang ada: Samakan (tempat tinggal
para pengrajin kulit), Sayangan (tempat tinggal para pengrajin barang dari
tembaga dan perunggu), Batikan (tempat tinggal para pengrajin batik), dan
Pandean (tempat tinggal para pengrajin besi) dan sebagainya.
Munculnya kerajinan perak di Kotagede
bersamaan dengan berdirinya Kotagede sebagai ibu kota Mataram Islam pada abad
ke-16. Ada bukti yang menunjukkan bahwa seni kerajinan perak, emas, dan logam
pada umumnya telah dikenal sejak abad ke-9 (zaman Mataram Kuna/Hindu) dengan
diketemukannya prasasti di Jawa Tengah yang di dalamnya termuat istilah pande
emas, pande perak, pande wesi, dan sebagainya. Perkembangan perusahaan perak
Kotagede mengalami masa keemasan antara tahun 1930—1940-an dengan munculnya
perusahan-perusahaan baru, peningkatan kualitas, dan diciptakannya berbagai
motif baru.
Industri perak mulai berkembang dan
merambah pasaran dunia ketika Kotagede kedatangan seorang pedagang bangsa
Belanda yang memesan barang-barang keperluan rumah tangga Eropa dengan bahan
perak. Barang-barang tersebut berupa tempat lilin, perabotan makan minum,
piala, asbak, tempat serbet, dan perhiasan dengan gaya Eropa ber motif khas
Yogyakarta didominasi bentuk daun-daun, bunga, dan lung (sulur). Ternyata
pesanan itu diminati orang-orang Eropa. Sejak saat itu berbagai order berdatangan
dengan jumlah yang terus melambung. Untuk menjaga dan meningkatkan kualitas,
pemerintah Hindia Belanda mendirikan satu lembaga khusus, yaitu Stichting
Beverdering van het Yogyakarta Kenst Ambacht (disebut juga Pakaryan
Ngayogyakarta). Lembaga ini memberikan pelatihan tentang teknik pembuatan
kerajinan perak dan pengembangan akses pasar. Kegiatannya antara lain mengikuti
Pekan Raya di Jepang tahun 1937 dan di Amerika tahun 1938.
Setelah mengalami pasang surut, industri
perak Kotagede tetap tak lapuk oleh hujan tak lekang oleh panas. Saat ini,
memasuki wilayah Kotagede berarti kita siap disergap puluhan art shop perak
yang terserak di kanan-kiri jalan. Di Kotagede, wisatawan tidak sekedar dapat
memilih dan membeli souvenir, tetapi bisa menyaksikan proses pembuatannya.
Proses produksinya diawali dengan peleburan perak murni berbentuk kristal,
dicampur dengan tembaga. Kadar perak standar adalah 92,5%. Perak yang dilebur
dan berbentuk cair dicetak untuk mendapatkan bentuk yang mendekati bentuk yang diinginkan,
misalnya bakalan bentuk teko atau bakalan bentuk cincin. Proses kedua ini
disebut singen atau disingekake (dicetak). Proses berikutnya ialah mengondel,
yaitu memukul-mukul hasil cetakan untuk mendapatkan bentuk yang sesuai. Proses
mengondel memerlukan tingkat ketrampilan tersendiri. Sesudah memiliki bentuk
yang bagus kemudian diukir guna mendapatkan motif yang diinginkan. Proses ini
memerlukan tingkat keahlian sangat tinggi. Setelah diukir baru dirakit,
misalnya teko dipasangi gagang berbentuk belalai. Proses terakhir ialah
finishing, yaitu membuat barang menjadi mengkilap dan menampakkan pamornya.
Standar kualitas barang perak ialah 92,5%, jika kurang belum layak disebut
silver. Standar baku ini ditetapkan untuk menjamin kualitas produk. Sedangkan
harga ditentukan oleh kadar perak tiap gramnya dan tingkat kesulitan pembuatan.
Setelah
kami melihat lihat souvenir Kerajinan
Perak di Kota Gede, Pukul 20.15 Kami
melanjutkan perjalanan menuju Hotel Wisma Aji yang merupakan tempat penginapan
Kami selama di Yogyakarta. Dan akhirnya
Pukul 21.45 WIB Kami check in yang dilanjutkan dengan makan malam. Setelah Kami
selesai makan malam Kami menuju Kamar masing masing yang telah ditentukan.
Kesempatan itu Saya satu kamar dengan Azri Alvaizar Aqmar, Reyhan Akil, Farhan
Rasyid, Rohman, dan juga Arya.
Wisma
Aji merupakan budget hotel dengan konsep etnik modern. Bentuk bangunan yang
modern berpadu interior bernilai etnik tradisional seperti pada pemilihan
perabot kamar akan menimbulkan kesan tersendiri bagi anda dan keluarga selama
menginap di Yogyakarta. Sesuai dengan tagline yang mengusung kata “Education”,
Wisma Aji memang bisa menjadi pilihan utama bagi anda yang memiliki kepentingan
akademis seperti survey perguruan tinggi di Jogja, pendaftaran kuliah putra/putri
anda, menghadiri acara wisuda atau undangan seminar kampus-kampus di Jogja
karena memang letaknya yang strategis dekat dengan beberapa kampus ternama di
Jogja seperti Universitas Pembangunan Nasional (UPN), Universitas Sanata
Dharma, Universitas Atmajaya, STIE YKPN.
1.6
Hari Ketiga, Tanggal 24 Desember 2013
Paginya Pukul 06.15 Kami sudah memasuki
Bus masing – masing untuk melanjutkan perjalanan.
Setelah semuanya telah
siap Kami menuju Museum Dirgantara Mandala. Kami sangat menikmati perjalanan
karena menikmati pemandangan kota Jogyakarya yang indah dan permai. Dan juga
selama perjalan Kami mendengarkan dan menyanyikan lagu Oplosan yang dipandu oleh Leader Tour yang juga
mengasyikan.
Kira Kira Pukul 10.00 WIB Kami telah
tiba di Komplek Lapangan Udara Adisucipto. Bus Kami paling terakhir karena
kendala salah jalan. Setelah tiba di pintu masuk Mmuseum dirgantara mandala
Kami mengantre mengambil tiket masuk.
Banyak
terdapat berbagai koleksi peninggalan sejarah TNI-AU dengan total hampir 10.000
koleksi, meliputi dokumen berupa foto maupun prasasti, patung para pioner
TNI-AU, foto dokumentasi, model pakaian dinas dan diorama. Kami mengabadikan
foto kami dengan beberapa koleksi di museum tersebut. Kami berdecak kagum saat
memasuki ruangan alusista atau alat utama sistem persenjataan yang pernah
digunakan TNI-AU.
Kami paling tertarik saat mengabadikan foto
dengan berbagai peninggalan pesawat dan senjata - senjata TNI-AU yang sangat
kental akan sejarahnya. Berikut sejarah singkat mengenai Museum Dirgantara
Mandala :
v Sejarah dan Informasi Seputar
Museum Dirgantara Mandala
Mungkin banyak dari kita mengetahui nama
Marsekal Muda Anumerta Agustinus Adisutjipto, Marsekal Muda Anumerta Prof. Dr.
Abdulrachman Saleh, Marsekal Muda Anumerta Abdul Halim Perdanakusuma, dan
Marsekal Muda Anumerta Iswahjudi hanya sekedar nama bandara udara di berbagai
kota yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, untuk mengetahui beliau berempat
secara lebih mendalam kita bisa berkunjung di Museum Pusat TNI AU Dirgantara
Mandala atau Museum Dirgantara. Di museum ini, kita bisa melakukan perjalanan melewati
relung masa lalu dengan melihat koleksi peninggalan sejarah perjuangan TNI AU.
Dengan jumlah koleksi hampir mendekati angka 10000 kita bisa merasakan nafas
perjuangan para pendiri TNI AU melalui dokumentasi berupa foto, prasasti,
patung founding fathers TNI AU, model pakaian dinas serta tidak ketinggalan
pula wahana diorama. Museum ini juga memiliki koleksi peralatan
perjuangan mulai dari beragam jenis Alutsita (Alat Utama Sistem Senjata),
hingga teknologi informasi (radio pemancar dan radar). Untuk memudahkan
pengunjung dalam melihat koleksi Museum Dirgantara ini, pihak pengelola
membagi tujuh ruangan yang berbeda, antara lain Ruang Utama, Ruang Kronologi I
dan II, Ruang Alutsista, Ruang Paskhas, Ruang Diorama dan Ruang Minat
Dirgantara.
Museum Perjuangan TNI AU adalah cikal bakal dari Museum Dirgantara Mandala yang pertama kalinya diresmikan oleh Panglima Angkatan Udara Laksamana Roesmin Noerjadin, pada tanggal 4 April 1969 di Markas Komando Udara V Tanah Abang Bukit Jakarta. Perpindahan museum dari Jakarta menuju Yogyakarta didasarkan pada faktor sejarah perjuangan kota Yogyakarta pada periode 1945-1949 sebagai pusat latihan bagi Taruna Akademi Udara. Museum Dirgantara Mandala adalah gabungan dari Museum Perjuangan TNI AU dengan Musem Ksatrian yang sudah ada di Yogyakarta. Peresmian kedua museum ini dilakukan oleh Marsekal TNI Ashadi Tjahjadi menjadi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala pada tanggal 29 Juli 1978 yang bertepatan dengan peringatan Hari Bhakti TNI AU.
Museum Perjuangan TNI AU adalah cikal bakal dari Museum Dirgantara Mandala yang pertama kalinya diresmikan oleh Panglima Angkatan Udara Laksamana Roesmin Noerjadin, pada tanggal 4 April 1969 di Markas Komando Udara V Tanah Abang Bukit Jakarta. Perpindahan museum dari Jakarta menuju Yogyakarta didasarkan pada faktor sejarah perjuangan kota Yogyakarta pada periode 1945-1949 sebagai pusat latihan bagi Taruna Akademi Udara. Museum Dirgantara Mandala adalah gabungan dari Museum Perjuangan TNI AU dengan Musem Ksatrian yang sudah ada di Yogyakarta. Peresmian kedua museum ini dilakukan oleh Marsekal TNI Ashadi Tjahjadi menjadi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala pada tanggal 29 Juli 1978 yang bertepatan dengan peringatan Hari Bhakti TNI AU.
Perpindahan museum dari Jakarta ke
Yogyakarta masih menyisakan permasalahan tempat untuk menyimpan koleksi
Alutsista yang ada, maka Museum Dirgantara Mandala berpindah untuk ketiga
kalinya yaitu di gudang bekas pabrik gula di Wonocatur di kawasan Landasan
Udara Adisutjipto. Gedung museum baru itu kemudian diresmikan pada tanggal 29
Juli 1984 oleh oleh Kepala Staf TNI AU, Marsekal TNI Sukardi.
Museum ini buka tiap hari Minggu hingga
Kamis pukul 08.00?13.00 WIB dan hari Jumat sampai Sabtu pukul 08.00-12.00 WIB.
Sedangkan pada hari Senin dan libur nasional tutup.
Setelah tidak terasa 45 menit kami di
museum dirgantara mandala, Pukul 10.45 WIB Kami melanjutkan perjalanan menuju
Candi Prambanan. Di perjalanan cuaca sedang hujan teras yang membuat
keingininan saya untuk tidur sejenak.
Tidak terasa akhirnya pukul 12.30 WIB
Kami sampai di Komplek Candi Prambanan, walaupun angin yang berhembus kencang
dan hujan yang mengguyur ,tidak menghalangi niatan Kami untuk mengitari dan memasuki
Kompleks candi Prambanan. Sebelum masuk kami diharuskan untuk mengambil tiket
terlebih dahulu, kmai mengantre dengan tertib walaupun hujan yang cukup deras.
Disana Kami banyak mengabadikan foto foto
unutk sebagai kenang kenangan bersama kawan kawan ketika SMP. Saya sangat tertarik
ketika memasuki area Candi Wisnu,Brahma, dan Siwa ayng sangat kental akan
cerita sejararahnya. Candi prambanan mengingatkan saya kepada pelajaran Sejarah
yang menjelaskan tentang candi prambanan.
Untuk mengefektifkan waktu Pukul 13.15
WIB Kami segera memasuki bus masing masing untuk melanjutkan perjalanan menuju
Keraton Yogyakarta. Selama perjalanan waktu Kami pergunakan untuk beristirahat
sejenak karena mengingat ketika telah sampai di Keraton Yogyakarta Kami akan
melanjutkan wisata menuju Taman Pintar kemudian ke Malioboro untuk membeli buah
tangan kepada sanak saudara dan orangtua.
Kira kira Pukul 14.00 sampai di Keraton
Yogyakarta. Karena waktu yang telah siang, tibanya Kami untuk makan siang agar
persiapan tenaga untuk melaksanakan study wisata yang masih beberapa hari lagi.
Stelah selesai dari makan siang Kami menuju Komplek Keraton. Kami mulai melihat
lihat tata ruang apa saja yang ada di Keraton Yogyakarta. Salah satunya adalah
ruangan yang menjelaskan Kepala daerah
Kesultanan Yogyakarta mulai dari Sultan Hamengkubowono I sampai Sultan
Hamengkubowono X. Begitu kentalnya dat budaya jawa khas keraton menjadi ciri
khas kota Jogyakarta ini.
v Sejarah Singkat
Seputar Keraton Yogyakarta
Pada tahun 1755 M Sultan Hamengkubuwono
I membangun keraton. Tepat di depan keraton tersebut terdapat 2 pohon beringin
besar yang dimitoskan pohon beringin laki-laki dan perempuan. Menurut catatan
sejarah, pohon beringin sebelah barat berasal dari kerajaan Majapahit dan yang
timur dari kerajaan Padjajaran. Di sekeliling alun-alun depan keraton juga
terdapat 62 buah pohon beringin. Menurut mistosnya yang dituliskan dalam
sejarah jika dijumlahkan 62 beringin pada sekeliling alun-alun ditambah 2 pohon
beringin di tengah alun-alun menjadi 64 buah pohon beringin. Dengan itu pula
dimaknai sepanjang usia Nabi Muhammad SAW adalah 64 tahun.
Kemudian pada tahun 1758
Sri Sultan hamengkubuwono I membangun sebuah pusat perdagangan untuk menunjang
kelangsungan ekonomi masyarakat yogyakarta. Pembangunan pusat ekonomi ini di
lakukan pada sebuah lahan di utara keraton yang pada waktu itu masih di tumbuhi
pohon beringin. Sri Sultan Hamengkubuwono I akhirnya membabat pohon beringin
tersebut dengan harapan lahan yang ditumbuhi beringin itu dapat mendatangkan
kesejahteraan. Dan berdirilah sebuah pusat ekonomi pada waktu itu dengan bentuk
pasar tradisional. Hingga akhirnya pasar tersebut dinamakan “Beringharjo” asal
kata dari “Beringin (pohon beringin)” dan “Harjo (Bahasa jawa (Kesejahteraan)).
Jadi bila digabungkan dapat dimaknai sebagai pohon beringin yang awalnya
ditumbangkan dan diharapkan dapat mendatangkan kesejahteraan rakyat dari sektor
perdagangan. Hingga sampai saat ini pasar itu masih eksis dan menjadi salah
satu obyek wisata perbelanjaan di yogyakarta.
Setelah dari Keraton Yogyakarta kira
kira Pukul 15.00 terlebih dahulu Kami salat jamak qasar terlebih dahulu.Setelah
itu baru Kami lanjutkan wisata menuju Taman Pintar. Walaupun Kami mengantre
tiket dengan kondisi cuaca yang kurang baik,yaitu sedang turun hujan lebat dan
antrean yang sangat ramai dan padat membuat Kami untuk berdesak – desakan.
Namun tidak mengurungkan niat Kami untuk masuk ke Taman Pintar. Berikut sejarah
singkat mengenai Taman Pintar :
v Sejarah Singkat
Taman Pintar :
·
Dari
Parabola Berbisik hingga Dinding berdendang
Begitu memasuki pintu gerbang, kita langsung disambut
oleh area yang disebut sebagai Playground Arena. Jalan masuk dari pintu gerbang
terpecah menjadi 2 oleh sebuah koridor yang terdiri atas 3 tiang berbentuk
segitiga di masing-masing sisinya. Air akan menyembur dari masing-masing tiang
tersebut hingga membentuk sebuah koridor air. Namun sayang, koridor ini hanya
dioperasikan pada saat-saat tertentu saja. Di ujung koridor ada sebuah gong
bertuliskan "Gong perdamaian Nusantara (sarana persaudaraan dan pemersatu
bangsa)". Di sekeliling gong tersebut nampak logo dari semua propinsi dan
kabupaten yang ada di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Berbagai permainan menarik dan mendidik dengan nama menggelitik terdapat di
Playground Arena ini. Selain Koridor Air, ada Parabola Berbisik, Dinding
Berdendang, Pipa Bercerita, Cakram Spektrum Warna, Air Menari, Forum batu,
Tapak pintar, Desaku Permai, Sistem Katrol, Rumah pohon, Jembatan Goyang,
Jungkat-jungkit, dan Istana Pasir.
Permainan-permainan ini dirancang sedemikian rupa untuk meningkatkan minat
anak terhadap sains. Parabola berbisik misalnya, adalah 2 orang yang berdiri
saling membelakangi di depan 2 buah parabola yang berjarak sekitar 10 meter.
Jika salah satu orang membisikkan sebuah kalimat ke parabola yang ada di
depannya, maka orang lain yang ada di depan parabola yang satunya lagi akan
bisa mendengar kalimat itu. Permainan ini mengajarkan tentang prinsip
penghantaran rambat gelombang. Jadi parabola itu berfungsi untuk menghantarkan rambat
gelombang suara ke masing-masing titik focus. Sementara itu Dinding Berdendang
adalah sebidang tembok berwarna merah yang ditempeli gendang-gendang dengan
berbagai macam ukuran yang jika dipukul akan menghasilkan suara-suara dengan
nada yang berbeda. Permainan ini menggambarkan hubungan antara tinggi rendahnya
nada dengan luas permukaan gendang.
Juga terdapat pohon-pohon
rindang dan taman-taman rumput lengkap dengan papan bertuliskan "tolong
jangan injak aku". Namun sayangnya, entah karena tidak melihat tulisan
tersebut atau karena memang tidak peduli, beberapa orangtua yang sedang mengantar
anaknya justru duduk seenaknya di atas rerumputan itu sambil menggelar makanan
seolah sedang piknik. Playground Arena ini juga dilengkapi dengan beberapa
stand yang menjual minuman dan aneka makanan kecil.
·
Zona
khusus anak
Di antara Playground Arena
terdapat Zona Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang khusus diperuntukkan bagi
anak usia 2-7 tahun. Zona ini terbagi atas 2 gedung yaitu gedung barat dan
gedung timur.
Karena sudah tidak memenuhi
persyaratan umur, YogYES tidak bisa masuk ke dalam kedua gedung ini. Namun dari
papan yang terpampang di depan gedung-gedung tersebut, kita bisa tahu bahwa
gedung PAUD barat terdiri atas Ruang Tunggu, Ruang Sains dan Teknologi,
Perpustakaan, Ruang Profesi, Ruang Budaya dan Religi. Sementara gedung PAUD
timur terdiri atas Ruang Tunggu, Ruang Komputer Kids, Ruang Puzzle Balok, Ruang
Pertunjukan dan Karaoke, serta Ruang Petualangan.
·
Gedung
Oval
Setelah mengitari Playground
Arena dan melihat gedung-gedung PAUD dari depan, YogYES memutuskan untuk masuk
ke dalam Gedung Oval. Untuk masuk ke dalam gedung ini, anak-anak hanya harus
membayar Rp. 5000 rupiah, orang dewasa Rp. 10.000 rupiah, sementara tersedia
harga khusus bagi tamu rombongan siswa dan guru.
Begitu masuk, kita akan sampai
di ruang depan, dimana terdapat layar TV di lantai di sayap kanan dan kiri
ruangan yang menayangkan video penelitian tentang terbentuknya alam semesta,
kehidupan pra sejarah, dll. Dari ruang depan itu nampak sebuah terowongan
pendek yang ternyata adalah sebuah terowongan bawah air yang menembus Aquarium
Air Tawar. Dari balik kaca yang memisahkan terowongan dengan aquarium, nampak
aneka jenis ikan air tawar mulai dari lele, gurami, dsb berenang-renang dengan
bebas.
Keluar dari terowongan, YogYES
dikejutkan oleh sebuah patung dinosaurus besar yang meraung mengerikan.
Ternyata patung itu adalah "sambutan" bagi kita yang akan segera
memasuki Dome Area (area kubah). Sebuah ruangan berbentuk lingkaran yang besar
dan tinggi segera nampak. Di pinggir ruangan ini ada beberapa stand yang
memeragakan alat-alat iptek sederhana seperti Whimshurst Machine, Generator Van
de Graft, Air track (rel udara), peta kenampakan alam Indonesia lengkap dengan
lampu-lampu kecil warna-warni yang menandai letak gunung, sungai, danau, dsb,
pemadam kebakaran otomatis, pendeteksi banjir, tempat wudhu otomatis yang
langsung menyala begitu kita injak lantainya, dsb. Beberapa gambar dan diorama
kehidupan pra sejarah juga terdapat di lantai ini.
Setelah itu ada jalan memutar
naik ke lantai 2 dengan foto tokoh-tokoh dunia seperti Copernicus, Einstein,
dsb serta poster planet-planet tata surya kita di sepanjang dindingnya. Lantai
2 gedung oval berisi alat peraga tentang alam semesta, bumi kita, simulator
gempa, simulator dan detector tsunami, peraga listrik, teknologi konstruksi,
zona telekomunikasi dan try science around the world.
Selain Gedung Oval, masih ada
lagi Gedung Kotak. Dalam gedung ini terdapat bioskop 4 Dimensi yang dapat Anda
nikmati bersama kelurga. Cukup membayar Rp. 15.000 per orang untuk menonton
satu film. Rencananya di Gedung Kotak ini juga akan terdapat Exhibition Hall,
Ruang Audiovisual, Radio Anak jogja, Souvenir Counter, zona materi dasar dan
penerapan iptek, laboratorium sains, serta Courses Classes.
Secara keseluruhan, Taman Pintar
ini cukup representatif dan cukup mendidik, sehingga layak menjadi salah satu
alternatif tempat wisata keluarga dan anak-anak.
·
Jadwal
Buka
Selasa - Jumat pk 09.00 -16.00 WIB
Sabtu - Minggu pk 08.30 - 20.00 WIB
Senin tutup (kecuali hari libur nasional dan musim
liburan sekolah)
·
Harga
Tiket
Playground: gratis
Gedung PAUD: Rp 500 / anak (2-7 tahun)
Gedung Oval & Kotak: Rp. 5.000 / anak, Rp.
10.000 / dewasa
Gedung Memorabilia: Rp. 1.000 / anak, Rp. 2.000 /
dewasa
Teater 3D: Rp. 15.000 / orang
Setelah dari Taman Pintar kira
kira Pukul 17.15 WIB Kami melanjutkan wisata untuk membeli buah tangan di
Malioboro. Kami diberikan waktu sampai Pukul 18.30 untuk membeli buah tangan
untuk kerabat dan saudara. Salah satu barang yang Saya beli salah satunya dalah
blankon, karena menurut saya blankon sangat identik dengan budaya jawa..
Setelah jam telah menunjuk angka
18.30 Kami menuju Bus masing masing untuk menuju arah hotel. Ternyata tidak
langsung menuju hotel, namun terlebih dahulu membeli Bakpia di “Toko Oleh Oleh
Ibu Vera”. Mengantre untuk membayar barang barang karena kawan kawan sayapun
ikut membeli Bakpia dan lain lain.
Setelah selesai,Kami menuju
Hotel Wisma Aji. Setelah Kami sampai dihotel terlebih dahulu Kami untuk makan
malam bersama. Dengan nikmat Kami menyantap makanan pada saat itu.
1.8. Hari Keempat, 25 Desember 2013
Pagi –
pagi sekitar pukul 06.30 WIB Kami sudah siap
check out dengan barang bawaan
Kami. Kami sudah selesai mandi, sarapan pagi, dan juga sudah membereskan barang
– barang yang akan dibawa. Setelah barang -
barang kami dimasukkan ke bagasi bus, Kami menaiki bus untuk melanjutkan
perjalanan panjang menuju Candi Borobudur.
Setelah sampai di Borobudur kira – kira pukul 11.00 WIB cuaca di sana
tidak jauh berbeda dengan cuaca pada saat Kami berada di Candi Prambanan yaitu
Hujan yang cukup deras. Banyak pedagang yang menawarkan buku sejarah tentang
Candi Borobudur dan adapula yang menawarkan jasa sewa payung karena kondisi
pada saat itu hujan.
Kami
menaiki Candi dengan berhati hati, mengingat permukaannya yang licin dan
berdesak desakan yang memungkinkan untuk dapat terjatuh. Kami berfoto foto
bersama untuk bahan laporan nanti. Disana Kami sering bertemu orang asing namun
Kami tidak berfoto foto.
Kira kira Pukul 13.00 WIB Kami
melanjutkan perjalanan menuju Owabong tepatnya di Purbalingga, Jawa Tengah.
Perjalanan yang cukup jauh membuat kami sedikit kelelahan. Kira – kira Pukul
15.30 Kami sampi di Kawasan Owabong. Sebelum berwisata kami terlebih dahulu
melaksanakan salat jamak qasar terlebih dahulu di mushola sekitar Owabong.
Setelah salat Kami lanjutkan
dengan berwisata, karena keadaan yang tidak memungkinkan karena kondisi fisik
saya yang kurang baik, Saya bersama teman teman yang lain tidak berenang. Namun
Kami memasuki wahana permainan 4D,Rumah hantu,dan lain lain yang cukup menantang
adrenalin Kami. Berikut sejarah singkat Owabong :
v Sejarah Singkat Owabong :
Berawal dari
sebuah kolam renang pribadi yang dibuat oleh warga negara Belanda yang dibangun
pada tahun 1946, kemudian diambil alih seorang keturunan Tionghoa bernama Kwi
Sing. Pada tahun 2004 dibeli oleh PEMDA kabupaten Purbalingga yang akhirnya
membangunnya sebagai sebuah wahana wisata keluarga dan diperluas hingga 4,8 Ha
dari sebelumnya yang hanya 1 Ha saja hingga selesai dan diresmikan pada 1 Maret
2005.
v Wahana Permainan
:
-
Kolam Olympic
-
Papan luncur, WaterBoom
-
Flying Fox
-
Kolam sesat
-
Pantai Bebas Tsunami
-
Kolam Pesta Air
-
Kolam Akhir
-
Kanal Arus
-
Kolam Terapi Ikan
-
Arena Gokart
Waktupun telah Pukul 18.30 Kami
pun segera salat jamak qasar yang dilanjutkan dengan makan malam. Kira kira
pukul 19.30 Kami melanjutkan perjalanan menuju Jakarta.
Selama di perjalanan Kami isi
waktu untuk beristirahat karena energi yang telah terkuras. Kalupun ada yang
tidak beristirahat ia menonton film yang disetel oleh leader tour.
1.9 Hari ke
Lima, 26 Desember 2013
Tidak terasa sudah pagi kira –
kira pukul 04.30 Kami tiba di Masjid An-Nur untuk mandi,salat subuh dan
beristirahat sejenak. Karena bus Kami yaitu Bus 3 tiba terlebih dahulu, tidak
membuat antrean untuk mandi yang cukup panjang.
Setelah semua telah selesai,
Pukul 08.00 WIB Kami menuju Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Pertama tama,
Kami menuju Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PP IPTEK).
Didalamnya terdapat banyak alat peraga yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Ternyata dengan mengunjungi kawasan PP IPTEK saya bisa menambah
ilmu pengetahuan yang bisa saya dapatkan.
Pusat Peragaan ini dibangun
dengan maksud menyadarkan masyarakat mengenai perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dunia secara sangat cepat. Arah perkembangan ini harus disadari agar
generasi penerus dapat mengikutinya untuk kemudian maju bersama perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut.
Peragaan di PP IPTEK dibuat
sangat menyenangkan dan menghibur. Momok mengenai ilmu pengatahuan dan
teknologi yang serius dan membosankan terbantahkan. Pengunjung dapat
mengembangkan motivasi dalam memahami prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan
teknologi dengan mudah dan berkesan melalui 250 alat peraga yang bisa disentuh,
dipegang, dan dimainkan. Peraga disiapkan untuk anak-anak dari Taman
Kanak-kanak (TK) sampai dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) dan
disediakan lembar kerja sains yang akan memandu anak didik untuk belajar ilmu
pengetahuan dan teknologi agar lebih terarah dan intensif. Beberapa alat peraga
menantang, misalnya sepeda layang, roket air, try science, generator van de
graft, dan simulator gempa bumi.
Kegiatan yang ditawarkan kepada
pengunjung beragam dan disesuaikan dengan sasaran: untuk tingkat Taman
Kanak-Kanak, Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah
Menengah Umum (SMU), dan keluarga; meliputi sanggar kerja dan demo ilmu
pengetahuan dan teknologi, pelatihan perancangan alat peraga, science fair,
pelatihan proses Ilmu Pengetahuan Alam, pelatihan peduli lingkungan hidup,
science camp, peneropongan bintang, aneka lomba kreatifitas dan kuis, dan lomba
perancangan alat peraga.
Di samping itu pengunjung bisa
menyaksikan film-film ilmiah yang diputar di ruang auditorium berkapasitas
tempat duduk 130 orang untuk menambah ilmu pengetahuan yang menghibur dan dapat
memahami sains dengan cara yang mudah dan menyenangkan.
Pusat Peragaan IPTEK tidak hanya
menyediakan sarana untuk penduduk Jakarta dan sekitarnya, melainkan juga
memiliki program kegiatan outreach ke mal dan pusat keramaian, desa, sekolah,
dan daerah dengan membawa peralatan peraga yang bersifat portable.
Setelah Kami berkeliling sekitar
2 jam sampai sekitar Pukul 10.00 WIB ,kami berjalan kaki menuju Museum
kelistrikan, disana Kami melihat banyak koleksi peragaan yang sangat banyak.
Setelah berkeliling museum dan
merasa cukup lelah. Kami melanjutkan perjalanan menuju Bayt Al-Quran. Di Bayt
Alquran terdapat banyak lukisan dan benda benda yang berhubungan dengan Islam
seperti alat komunikasi bedug dan lain lain.
v
Informasi Singkat Bayt Al-Quran :
Karya-karya unggulan para ulama dan
intelektual muslim Nusantara sejak abad ke-17 sampai abad ke-20 yang bernilai
historis dapat disaksikan di sini. Warisan budaya berupa mushaf, manuskrip Al
Qur’an, arsitektur, seni rupa islami yang memiliki keindahan seni juga
tersimpan. Bayt al Qur’an & Museum Istiqlal,
memang menghadirkan pesona untuk direnungkan.
Bayt al Qur’an & Museum Istiqlal
merupakan kesatuan dari dua lembaga yang berbeda namun dalam kesatuan konsep.
Bayt al Qur’an, yang berarti rumah Al Qur’an, dengan materi pokok berupa
peragaan yang berkaitan dengan Al Qur’an, sedangkan Museum Istiqlal menampilkan
hasil-hasil kebudayaan Islam Indonesia.
Ditampilkan pula al-Qur’an standar Departemen Agama RI, al-Qur’an biasa
dan al-Qur’an Braille untuk umat Islam tunanetra. Disajikan juga al-Qur’an
Interaktif dalam bentuk software (perangkat lunak) computer yang dapat
dioperasikan secara digital seperti program-program aplikasi komputer lainnya.
Sekitar
pukul 16.00 Kami melanjutkan perjalanan menuju ITC Cempaka Mas. Kami sampai di
ITC Mas Pukul 17.00 WIB. Kami langsung memasuki wilayah tersebut, disana Kami
berkeliling dahulu. Karena merasa sudah kelaparan Saya dan Olgery untuk
memisahkan dari rombongan untuk mencari food
court. Setelah sudah mencari makan. Saya dan Olgery duduk terlebih dahulu
karena ia sedang ditelepon oleh Ibunya. Sekitar 15 menit berlalu Kami
berkeliling untuk mencari game komputer.
Karena
waktu wisata di ITC Cempaka Mas telah berakhir. Sekitar Pukul 19.30 Kami makan
malam di bus masing – masing. Dan setelah itu, Kami melanjutkan perjalanan
menuju Merak untuk kembali lagi ke Lampung. Saat di perjalanan. Rombongan di
Bus 3 yaitu bus yang saya naiki, telah tertidur pulas termasuk pengawas kami
1.10 Hari keenam, 27 Desember 2013
Sekitar pukul 03.00 WIB Kami sudah di kapal. Kami segera ingin turun
dari bus dan menuju kapal. Saat dikapal Rombongan dari Alkautsar tidak
mendapatkan tempat duduk hanya sebagian peserta saja yang mendapatkan tempat
duduk, yang membuat Kami harus duduk di mushola.
Kamipun
mengarungi samudera. Waktu terasa lebih lama karena Kami mengantuk namun tidak
dapat tidur. Kami melaksanakan salat subuh di kapal. Karena kapal sudah ingin
merapat, Kami turun untuk memasuki bus masing masing.
Setelah bus Kami telah turun dari kapal, kami telah tiba di pelabuhan
bakauheni, Lampung untuk melanjutkan perjalanan menuju sekolah tercinta SMP
Alkautsar. Kami tidak lagi memikirkan rasa lelah karena sudah ingin bertemu
dengan orangtua masing – masing dengan selamat sentosa. Setelah bus 3 yaitu bus
yang saya naiki parkir di depan gedung SMP Alkautsar, Saya telah ditunggu oleh
Ibu saya dengan perasaan yang berbahagia. Dan kemudian saya pulang kerumah
tercinta di Sukarame,Natar.
BAB II
ISI
II.I. Sejarah dan Informasi Candi
Prambanan
Candi Prambanan atau Candi Rara
Jonggrang adalah kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia yang dibangun pada
abad ke-9 masehi. Candi ini dipersembahkan untuk Trimurti, tiga dewa utama
Hindu yaitu Brahma sebagai dewa pencipta, Wishnu sebagai dewa pemelihara, dan
Siwa sebagai dewa pemusnah. Berdasarkan prasasti Siwagrha nama asli kompleks
candi ini adalah Siwagrha (bahasa Sanskerta yang bermakna 'Rumah Siwa'), dan
memang di garbagriha (ruang utama) candi ini bersemayam arca Siwa Mahadewa
setinggi tiga meter yang menujukkan bahwa di candi ini dewa Siwa lebih
diutamakan.
Kompleks candi ini terletak di kecamatan
Prambanan, Sleman dan kecamatan Prambanan, Klaten, kurang lebih 17 kilometer
timur laut Yogyakarta, 50 kilometer barat daya Surakarta dan 120 kilometer
selatan Semarang, persis di perbatasan antara provinsi Jawa Tengah dan Daerah
Istimewa Yogyakarta.[2] Letaknya sangat unik, Candi Prambanan terletak di
wilayah administrasi desa Bokoharjo, Prambanan, Sleman, sedangkan pintu masuk
kompleks Candi Prambanan terletak di wilayah adminstrasi desa Tlogo, Prambanan,
Klaten.
Candi ini adalah termasuk Situs Warisan
Dunia UNESCO, candi Hindu terbesar di Indonesia, sekaligus salah satu candi
terindah di Asia Tenggara. Arsitektur bangunan ini berbentuk tinggi dan ramping
sesuai dengan arsitektur Hindu pada umumnya dengan candi Siwa sebagai candi
utama memiliki ketinggian mencapai 47 meter menjulang di tengah kompleks
gugusan candi-candi yang lebih kecil. Sebagai salah satu candi termegah di Asia
Tenggara, candi Prambanan menjadi daya tarik kunjungan wisatawan dari seluruh
dunia.
Menurut prasasti Siwagrha, candi ini
mulai dibangun pada sekitar tahun 850 masehi oleh Rakai Pikatan, dan terus
dikembangkan dan diperluas oleh Balitung Maha Sambu, di masa kerajaan Medang
Mataram.
Ø ETOMOLOGI
Nama Prambanan, berasal dari nama desa tempat
candi ini berdiri, diduga merupakan perubahan nama dialek bahasa Jawa dari
istilah teologi Hindu Para Brahman yang bermakna "Brahman Agung"
yaitu Brahman atau realitas abadi tertinggi dan teragung yang tak dapat
digambarkan, yang kerap disamakan dengan konsep Tuhan dalam agama Hindu.
Pendapat lain menganggap Para Brahman mungkin merujuk kepada masa jaya candi
ini yang dahulu dipenuhi oleh para brahmana. Pendapat lain mengajukan anggapan
bahwa nama "Prambanan" berasal dari akar kata mban dalam Bahasa Jawa
yang bermakna menanggung atau memikul tugas, merujuk kepada para dewa Hindu
yang mengemban tugas menata dan menjalankan keselarasan jagat.
Nama asli kompleks candi Hindu ini
adalah nama dari Bahasa Sansekerta; Siwagrha (Rumah Siwa) atau Siwalaya (Alam
Siwa), berdasarkan Prasasti Siwagrha yang bertarikh 778 Saka (856 Masehi).
Trimurti dimuliakan dalam kompleks candi ini dengan tiga candi utamanya
memuliakan Brahma, Siwa, dan Wisnu. Akan tetapi Siwa Mahadewa yang menempati
ruang utama di candi Siwa adalah dewa yang paling dimuliakan dalam kompleks
candi ini.
Ø Sejarah
Prambanan adalah candi Hindu terbesar
dan termegah yang pernah dibangun di Jawa kuno, pembangunan candi Hindu
kerajaan ini dimulai oleh Rakai Pikatan sebagai tandingan candi Buddha
Borobudur dan juga candi Sewu yang terletak tak jauh dari Prambanan. Beberapa
sejarawan lama menduga bahwa pembangunan candi agung Hindu ini untuk menandai
kembali berkuasanya keluarga Sanjaya atas Jawa, hal ini terkait teori wangsa
kembar berbeda keyakinan yang saling bersaing; yaitu wangsa Sanjaya penganut
Hindu dan wangsa Sailendra penganut Buddha. Pastinya, dengan dibangunnya candi
ini menandai bahwa Hinduisme aliran Saiwa kembali mendapat dukungan keluarga
kerajaan, setelah sebelumnya wangsa Sailendra cenderung lebih mendukung Buddha
aliran Mahayana. Hal ini menandai bahwa kerajaan Medang beralih fokus dukungan
keagamaanya, dari Buddha Mahayana ke pemujaan terhadap Siwa.
Bangunan ini pertama kali dibangun
sekitar tahun 850 Masehi oleh Rakai Pikatan dan secara berkelanjutan
disempurnakan dan diperluas oleh Raja Lokapala dan raja Balitung Maha Sambu.
Berdasarkan prasasti Siwagrha berangka tahun 856 M, bangunan suci ini dibangun
untuk memuliakan dewa Siwa, dan nama asli bangunan ini dalam bahasa Sanskerta
adalah Siwagrha (Sanskerta:Shiva-grha yang berarti: 'Rumah Siwa') atau Siwalaya
(Sanskerta:Shiva-laya yang berarti: 'Ranah Siwa' atau 'Alam Siwa'). Dalam
prasasti ini disebutkan bahwa saat pembangunan candi Siwagrha tengah
berlangsung, dilakukan juga pekerjaan umum perubahan tata air untuk memindahkan
aliran sungai di dekat candi ini. Sungai yang dimaksud adalah sungai Opak yang
mengalir dari utara ke selatan sepanjang sisi barat kompleks candi Prambanan.
Sejarawan menduga bahwa aslinya aliran
sungai ini berbelok melengkung ke arah timur, dan dianggap terlalu dekat dengan
candi sehingga erosi sungai dapat membahayakan konstruksi candi. Proyek tata
air ini dilakukan dengan membuat sodetan sungai baru yang memotong lengkung
sungai dengan poros utara-selatan sepanjang dinding barat di luar kompleks
candi. Bekas aliran sungai asli kemudian ditimbun untuk memberikan lahan yang
lebih luas bagi pembangunan deretan candi perwara (candi pengawal atau candi
pendamping).
Beberapa arkeolog berpendapat bahwa arca
Siwa di garbhagriha (ruang utama) dalam candi Siwa sebagai candi utama
merupakan arca perwujudan raja Balitung, sebagai arca pedharmaan anumerta
beliau.
Kompleks bangunan ini secara berkala
terus disempurnakan oleh raja-raja Medang Mataram berikutnya, seperti raja
Daksa dan Tulodong, dan diperluas dengan membangun ratusan candi-candi tambahan
di sekitar candi utama. Karena kemegahan candi ini, candi Prambanan berfungsi
sebagai candi agung Kerajaan Mataram, tempat digelarnya berbagai upacara
penting kerajaan. Pada masa puncak kejayaannya, sejarawan menduga bahwa ratusan
pendeta brahmana dan murid-muridnya berkumpul dan menghuni pelataran luar candi
ini untuk mempelajari kitab Weda dan melaksanakan berbagai ritual dan upacara
Hindu. Sementara pusat kerajaan atau keraton kerajaan Mataram diduga terletak
di suatu tempat di dekat Prambanan di Dataran Kewu.
Sekitar tahun 930-an, ibu kota kerajaan
berpindah ke Jawa Timur oleh Mpu Sindok, yang mendirikan Wangsa Isyana. Penyebab
kepindahan pusat kekuasaan ini tidak diketahui secara pasti. Akan tetapi sangat
mungkin disebabkan oleh letusan hebat Gunung Merapi yang menjulang sekitar 20
kilometer di utara candi Prambanan. Kemungkinan penyebab lainnya adalah
peperangan dan perebutan kekuasaan. Setelah perpindahan ibu kota, candi
Prambanan mulai terlantar dan tidak terawat, sehingga pelan-pelan candi ini
mulai rusak dan runtuh.
Bangunan candi ini diduga benar-benar
runtuh akibat gempa bumi hebat pada abad ke-16. Meskipun tidak lagi menjadi
pusat keagamaan dan ibadah umat Hindu, candi ini masih dikenali dan diketahui
keberadaannya oleh warga Jawa yang menghuni desa sekitar. Candi-candi serta
arca Durga dalam bangunan utama candi ini mengilhami dongeng rakyat Jawa yaitu
legenda Rara Jonggrang. Setelah perpecahan Kesultanan Mataram pada tahun 1755,
reruntuhan candi dan sungai Opak di dekatnya menjadi tanda pembatas antara
wilayah Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta (Solo).
Ø Reruntuhan candi
Prambanan segera setelah ditemukan.
Penduduk lokal warga Jawa di sekitar
candi sudah mengetahui keberadaan candi ini. Akan tetapi mereka tidak tahu
latar belakang sejarah sesungguhnya, siapakah raja dan kerajaan apa yang telah
membangun monumen ini. Sebagai hasil imajinasi, rakyat setempat menciptakan
dongeng lokal untuk menjelaskan asal-mula keberadaan candi-candi ini; diwarnai
dengan kisah fantastis mengenai raja raksasa, ribuan candi yang dibangun oleh
makhluk halus jin dan dedemit hanya dalam tempo satu malam, serta putri cantik
yang dikutuk menjadi arca. Legenda mengenai candi Prambanan dikenal sebagai
kisah Rara Jonggrang.
Pada tahun 1733, candi ini ditemukan
oleh CA. Lons seorang berkebangsaan Belanda. Candi ini menarik perhatian dunia
ketika pada masa pendudukan Britania atas Jawa. Ketika itu Colin Mackenzie,
seorang surveyor bawahan Sir Thomas Stamford Raffles, menemukan candi ini.
Meskipun Sir Thomas kemudian memerintahkan penyelidikan lebih lanjut,
reruntuhan candi ini tetap terlantar hingga berpuluh-puluh tahun. Penggalian
tak serius dilakukan sepanjang 1880-an yang sayangnya malah menyuburkan praktek
penjarahan ukiran dan batu candi. Kemudian pada tahun 1855 Jan Willem IJzerman
mulai membersihkan dan memindahkan beberapa batu dan tanah dari bilik candi.
Beberapa saat kemudian Isaäc Groneman melakukan pembongkaran besar-besaran dan
batu-batu candi tersebut ditumpuk secara sembarangan di sepanjang Sungai Opak.
Arca-arca dan relief candi diambil oleh warga Belanda dan dijadikan hiasan
taman, sementara warga pribumi menggunakan batu candi untuk bahan bangunan dan
pondasi rumah.
Ø Pemugaran
Pemugaran dimulai pada tahun 1918, akan
tetapi upaya serius yang sesungguhnya dimulai pada tahun 1930-an. Pada tahun
1902-1903, Theodoor van Erp memelihara bagian yang rawan runtuh. Pada tahun
1918-1926, dilanjutkan oleh Jawatan Purbakala (Oudheidkundige Dienst) di bawah
P.J. Perquin dengan cara yang lebih sistematis sesuai kaidah arkeologi.
Sebagaimana diketahui para pendahulunya melakukan pemindahan dan pembongkaran
beribu-ribu batu secara sembarangan tanpa memikirkan adanya usaha pemugaran
kembali. Pada tahun 1926 dilanjutkan De Haan hingga akhir hayatnya pada tahun
1930. Pada tahun 1931 digantikan oleh Ir. V.R. van Romondt hingga pada tahun
1942 dan kemudian diserahkan kepemimpinan renovasi itu kepada putra Indonesia
dan itu berlanjut hingga tahun 1993.
Upaya renovasi terus menerus dilakukan
bahkan hingga kini. Pemugaran candi Siwa yaitu candi utama kompleks ini
dirampungkan pada tahun 1953 dan diresmikan oleh Presiden pertama Republik
Indonesia Sukarno. Banyak bagian candi yang direnovasi, menggunakan batu baru,
karena batu-batu asli banyak yang dicuri atau dipakai ulang di tempat lain.
Sebuah candi hanya akan direnovasi apabila minimal 75% batu asli masih ada.
Oleh karena itu, banyak candi-candi kecil yang tak dibangun ulang dan hanya
tampak fondasinya saja.
Kini, candi ini termasuk dalam Situs
Warisan Dunia yang dilindungi oleh UNESCO, status ini diberikan UNESCO pada
tahun 1991. Kini, beberapa bagian candi Prambanan tengah direnovasi untuk
memperbaiki kerusakan akibat gempa Yogyakarta 2006. Gempa ini telah merusak sejumlah
bangunan dan patung.
Pada awal tahun 1990-an pemerintah
memindahkan pasar dan kampung yang merebak secara liar di sekitar candi,
menggusur kawasan perkampungan dan sawah di sekitar candi, dan memugarnya
menjadi taman purbakala. Taman purbakala ini meliputi wilayah yang luas di tepi
jalan raya Yogyakarta-Solo di sisi selatannya, meliputi seluruh kompleks candi
Prambanan, termasuk Candi Lumbung, Candi Bubrah, dan Candi Sewu di sebelah
utaranya. Pada tahun 1992 Pemerintah Indonesia Perusahaan milik negara, Persero
PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko. Badan usaha ini
bertugas mengelola taman wisata purbakala di Borobudur, Prambanan, Ratu Boko,
serta kawasan sekitarnya. Prambanan adalah salah satu daya tarik wisata
terkenal di Indonesia yang banyak dikunjungi wisatawan dalam negeri ataupun
wisatwan mancanegara.
Tepat di seberang sungai Opak dibangun
kompleks panggung dan gedung pertunjukan Trimurti yang secara rutin menggelar
pertunjukan Sendratari Ramayana. Panggung terbuka Trimurti tepat terletak di
seberang candi di tepi Barat sungai Opak dengan latar belakang Candi Prambanan
yang disoroti cahaya lampu. Panggung terbuka ini hanya digunakan pada musim
kemarau, sedangkan pada musim penghujan, pertunjukan dipindahkan di panggung
tertutup. Tari Jawa Wayang orang Ramayana ini adalah tradisi adiluhung keraton
Jawa yang telah berusia ratusan tahun, biasanya dipertunjukkan di keraton dan
mulai dipertunjukkan di Prambanan pada saat bulan purnama sejak tahun 1960-an.
Sejak saat itu Prambanan telah menjadi daya tarik wisata budaya dan purbakala
utama di Indonesia.
Setelah pemugaran besar-besaran tahun
1990-an, Prambanan juga kembali menjadi pusat ibadah agama Hindu di Jawa.
Kebangkitan kembali nilai keagamaan Prambanan adalah karena terdapat cukup
banyak masyarakat penganut Hindu, baik pendatang dari Bali atau warga Jawa yang
kembali menganut Hindu yang bermukim di Yogyakarta, Klaten dan sekitarnya. Tiap
tahun warga Hindu dari provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta berkumpul di candi
Prambanan untuk menggelar upacara pada hari suci Galungan, Tawur Kesanga, dan
Nyepi.
Pada 27 Mei 2006 gempa bumi dengan
kekuatan 5,9 pada skala Richter (sementara United States Geological Survey
melaporkan kekuatan gempa 6,2 pada skala Richter) menghantam daerah Bantul dan
sekitarnya. Gempa ini menyebabkan kerusakan hebat terhadap banyak bangunan dan
kematian pada penduduk sekitar. Gempa ini berpusat pada patahan tektonik Opak
yang patahannya sesuai arah lembah sungai Opak dekat Prambanan. Salah satu
bangunan yang rusak parah adalah kompleks Candi Prambanan, khususnya Candi
Brahma. Foto awal menunjukkan bahwa meskipun kompleks bangunan tetap utuh,
kerusakan cukup signifikan. Pecahan batu besar, termasuk panil-panil ukiran,
dan kemuncak wajra berjatuhan dan berserakan di atas tanah. Candi-candi ini
sempat ditutup dari kunjungan wisatawan hingga kerusakan dan bahaya keruntuhan
dapat diperhitungkan. Balai arkeologi Yogyakarta menyatakan bahwa diperlukan
waktu berbulan-bulan untuk mengetahui sejauh mana kerusakan yang diakibatkan
gempa ini. Beberapa minggu kemudian, pada tahun 2006 situs ini kembali dibuka
untuk kunjungan wisata. Pada tahun 2008, tercatat sejumlah 856.029 wisatawan
Indonesia dan 114.951 wisatawan mancanegara mengunjungi Prambanan. Pada 6
Januari 2009 pemugaran candi Nandi selesai.[12] Pada tahun 2009, ruang dalam
candi utama tertutup dari kunjungan wisatawan atas alasan keamanan.
Ø Kompleks candi
Model arsitektur
rekonstruksi kompleks candi Prambanan, aslinya terdapat 240 candi berdiri di kompleks
ini.
Pintu masuk ke kompleks bangunan ini
terdapat di keempat arah penjuru mata angin, akan tetapi arah hadap bangunan
ini adalah ke arah timur, maka pintu masuk utama candi ini adalah gerbang
timur. Kompleks candi Prambanan terdiri dari:
3 Candi
Trimurti : candi Siwa, Wisnu, dan Brahma
3
Candi Wahan : candi Nandi, Garuda, dan
Angsa
2 Candi Apit :
terletak antara barisan candi-candi Trimurti dan candi-candi Wahana
di sisi utara dan selatan
4
Candi Kelir : terletak di 4 penjuru
mata angin tepat di balik pintu masuk halaman
dalam atau zona inti
4
Candi Patok : terletak di 4 sudut
halaman dalam atau zona inti
224 Candi Perwara :
tersusun dalam 4 barisan konsentris dengan jumlah candi dari
barisan terdalam hingga terluar: 44, 52, 60, dan 68
Maka
terdapat total 240 candi di kompleks Prambanan.
Aslinya terdapat 240 candi besar dan
kecil di kompleks Candi Prambanan. Tetapi kini hanya tersisa 18 candi; yaitu 8
candi utama dan 8 candi kecil di zona inti serta 2 candi perwara. Banyak candi
perwara yang belum dipugar, dari 224 candi perwara hanya 2 yang sudah dipugar,
yang tersisa hanya tumpukan batu yang berserakan. Kompleks candi Prambanan
terdiri atas tiga zona; pertama adalah zona luar, kedua adalah zona tengah yang
terdiri atas ratusan candi, ketiga adalah zona dalam yang merupakan zona
tersuci tempat delapan candi utama dan delapan kuil kecil.
Penampang denah kompleks candi Prambanan
adalah berdasarkan lahan bujur sangkar yan terdiri atas tiga bagian atau zona,
masing-masing halaman zona ini dibatasi tembok batu andesit. Zona terluar
ditandai dengan pagar bujur sangkar yang masing-masing sisinya sepanjang 390
meter, dengan orientasi Timur Laut - Barat Daya. Kecuali gerbang selatan yang
masih tersisa, bagian gerbang lain dan dinding candi ini sudah banyak yang
hilang. Fungsi dari halaman luar ini secara pasti belum diketahui; kemungkinan
adalah lahan taman suci, atau kompleks asrama Brahmana dan murid-muridnya.
Mungkin dulu bangunan yang berdiri di halaman terluar ini terbuat dari bahan
kayu, sehingga sudah lapuk dan musnah tak tersisa.
Candi Prambanan adalah salah satu candi
Hindu terbesar di Asia Tenggara selain Angkor Wat. Tiga candi utama disebut
Trimurti dan dipersembahkan kepadantiga dewa utama Trimurti: Siwa sang
Penghancur, Wisnu sang Pemelihara dan Brahma sang Pencipta. Di kompleks candi
ini Siwa lebih diutamakan dan lebih dimuliakan dari dua dewa Trimurti lainnya.
Candi Siwa sebagai bangunan utama sekaligus yang terbesar dan tertinggi,
menjulang setinggi 47 meter.
·
Candi Siwa
Candi Siwa, candi utama
di kompleks candi Prambanan yang dipersembahkan untuk dewa Siwa.
·
Arca Durga
Mahisasuramardini di ruang utara candi Siwa.
Halaman dalam adalah zona paling suci
dari ketiga zona kompleks candi. Pelataran ini ditinggikan permukaannya dan
berdenah bujur sangkar dikurung pagar batu dengan empat gerbang di empat
penjuru mata angin. Dalam halaman berpermukaan pasir ini terdapat delapan candi
utama; yaitu tiga candi utama yang disebut candi Trimurti ("tiga
wujud"), dipersembahkan untuk tiga dewa Hindu tertinggi: Dewa Brahma Sang
Pencipta, Wishnu Sang Pemelihara, dan Siwa Sang Pemusnah.
Candi Siwa sebagai candi utama adalah
bangunan terbesar sekaligus tetinggi di kompleks candi Rara Jonggrang,
berukuran tinggi 47 meter dan lebar 34 meter. Puncak mastaka atau kemuncak
candi ini dimahkotai modifikasi bentuk wajra yang melambangkan intan atau
halilintar. Bentuk wajra ini merupakan versi Hindu sandingan dari stupa yang
ditemukan pada kemuncak candi Buddha. Candi Siwa dikelilingi lorong galeri yang
dihiasi relief yang menceritakan kisah Ramayana; terukir di dinding dalam pada
pagar langkan. Di atas pagar langkan ini dipagari jajaran kemuncak yang juga
berbentuk wajra. Untuk mengikuti kisah sesuai urutannya, pengunjung harus masuk
dari sisi timur, lalu melakukan pradakshina yakni berputar mengelilingi candi
sesuai arah jarum jam. Kisah Ramayana ini dilanjutkan ke Candi Brahma.
Candi Siwa di tengah-tengah, memuat lima
ruangan, satu ruangan di setiap arah mata angin dan satu garbagriha, yaitu
ruangan utama dan terbesar yang terletak di tengah candi. Ruangan timur
terhubung dengan ruangan utama tempat bersemayam sebuah arca Siwa Mahadewa
(Perwujudan Siwa sebagai Dewa Tertinggi) setinggi tiga meter. Arca ini memiliki
Lakçana (atribut atau simbol) Siwa, yaitu chandrakapala (tengkorak di atas
bulan sabit), jatamakuta (mahkota keagungan), dan trinetra (mata ketiga) di
dahinya. Arca ini memiliki empat lengan yang memegang atribut Siwa, seperti
aksamala (tasbih), camara (rambut ekor kuda pengusir lalat), dan trisula. Arca
ini mengenakan upawita (tali kasta) berbentuk ular naga (kobra). Siwa
digambarkan mengenakan cawat dari kulit harimau, digambarkan dengan ukiran
kepala, cakar, dan ekor harimau di pahanya. Sebagian sejarawan beranggapa bahwa
arca Siwa ini merupakan perwujudan raja Balitung sebagai dewa Siwa, sebagai
arca pedharmaan anumerta beliau. Sehingga ketika raja ini wafat, arwahnya
dianggap bersatu kembali dengan dewa penitisnya yaitu Siwa. Arca Siwa Mahadewa
ini berdiri di atas lapik bunga padma di atas landasan persegi berbentuk yoni
yang pada sisi utaranya terukir ular Nāga (kobra).
Tiga ruang yang lebih kecil lainnya
menyimpan arca-arca yang ukuran lebih kecil yang berkaitan dengan Siwa. Di
dalam ruang selatan terdapat Resi Agastya, Ganesha putra Siwa di ruang barat,
dan di ruang utara terdapat arca sakti atau istri Siwa, Durga
Mahisasuramardini, menggambarkan Durga sebagai pembasmi Mahisasura, raksasa
Lembu yang menyerang swargaloka. Arca Durga ini juga disebut sebagai Rara
Jonggrang (dara langsing) oleh penduduk setempat. Arca ini dikaitkan dengan
tokoh putri legendaris Rara Jonggrang.
·
Candi Brahma dan Candi
Wishnu
Dua candi lainnya dipersembahkan kepada
Dewa Wisnu, yang terletak di sisi utara dan satunya dipersembahkan kepada
Brahma, yang terletak di sisi selatan. Kedua candi ini menghadap ke timur dan
hanya terdapat satu ruang, yang dipersembahkan untuk dewa-dewa ini. Candi
Brahma menyimpan arca Brahma dan Candi Wishnu menyimpan arca Wishnu yang
berukuran tinggi hampir 3 meter. Ukuran candi Brahma dan Wishnu adalah sama,
yakni lebar 20 meter dan tinggi 33 meter.
·
Candi Wahana
Candi
Garuda, salah satu candi wahana
Tepat di depan candi Trimurti terdapat
tiga candi yang lebih kecil daripada candi Brahma dan Wishnu yang
dipersembahkan kepada kendaraan atau wahana dewa-dewa ini; sang lembu Nandi
wahana Siwa, sang Angsa wahana Brahma, dan sang Garuda wahana Wisnu.
Candi-candi wahana ini terletak tepat di depan dewa penunggangnya. Di depan
candi Siwa terdapat candi Nandi, di dalamnya terdapat arca lembu Nandi. Pada
dinding di belakang arca Nandi ini di kiri dan kanannya mengapit arca Chandra
dewa bulan dan Surya dewa matahari. Chandra digambarkan berdiri di atas kereta
yang ditarik 10 kuda, sedangkan Surya berdiri di atas kereta yang ditarik 7
kuda.[15] Tepat di depan candi Brahma terdapat candi Angsa. Candi ini kosong
dan tidak ada arca Angsa di dalamnya. Mungkin dulu pernah bersemayam arca Angsa
sebagai kendaraan Brahma di dalamnya. Di depan candi Wishnu terdapat candi yang
dipersembahkan untuk Garuda, akan tetapi sama seperti candi Angsa, di dalam
candi ini tidak ditemukan arca Garuda. Mungkin dulu arca Garuda pernah ada di
dalam candi ini. Hingga kini Garuda menjadi lambang penting di Indonesia, yaitu
sebagai lambang negara Garuda Pancasila.
·
Candi Apit, Candi
Kelir, dan Candi Patok
Di antara baris keenam candi-candi utama
ini terdapat Candi Apit. Ukuran Candi Apit hampir sama dengan ukuran candi
perwara, yaitu tinggi 14 meter dengan tapak denah 6 x 6 meter. Disamping 8
candi utama ini terdapat candi kecil berupa kuil kecil yang mungkin fungsinya
menyerupai pelinggihan dalam Pura Hindu Bali tempat meletakan canang atau
sesaji, sekaligus sebagai aling-aling di depan pintu masuk. Candi-candi kecil
ini yaitu; 4 Candi Kelir pada empat penjuru mata angin di muka pintu masuk, dan
4 Candi Patok di setiap sudutnya. Candi Kelir dan Candi Patok berbentuk
miniatur candi tanpa tangga dengan tinggi sekitar 2 meter.
·
Candi Perwara
Dua dinding berdenah bujur sangkar yang
mengurung dua halaman dalam, tersusun dengan orientasi sesuai empat penjuru
mata angin. Dinding kedua berukuran panjang 225 meter di tiap sisinya. Di
antara dua dinding ini adalah halaman kedua atau zona kedua. Zona kedua terdiri
atas 224 candi perwara yang disusun dalam empat baris konsentris. Candi-candi
ini dibangun di atas empat undakan teras-teras yang makin ke tengah sedikit makin
tinggi. Empat baris candi-candi ini berukuran lebih kecil daripada candi utama.
Candi-candi ini disebut "Candi Perwara" yaitu candi pengawal atau
candi pelengkap. Candi-candi perwara disusun dalam empat baris konsentris baris
terdalam terdiri atas 44 candi, baris kedua 52 candi, baris ketiga 60 candi,
dan baris keempat sekaligus baris terluar terdiri atas 68 candi.
Masing-masing candi perwara ini
berukuran tinggi 14 meter dengan tapak denah 6 x 6 meter, dan jumlah
keseluruhan candi perwara di halaman ini adalah 224 candi. Kesemua candi
perwara ini memiliki satu tangga dan pintu masuk sesuai arah hadap utamanya,
kecuali 16 candi di sudut yang memiliki dua tangga dan pintu masuk menghadap ke
dua arah luar.[16] Jika kebanyakan atap candi di halaman dalam zona inti
berbentuk wajra, maka atap candi perwara berbentuk ratna yang melambangkan
permata.
Aslinya ada banyak candi yang ada di
halaman ini, akan tetapi hanya sedikit yang telah dipugar. Bentuk candi perwara
ini dirancang seragam. Sejarawan menduga bahwa candi-candi ini dibiayai dan
dibangun oleh penguasa daerah sebagai tanda bakti dan persembahan bagi raja.
Sementara ada pendapat yang mengaitkan empat baris candi perwara melambangkan
empat kasta, dan hanya orang-orang anggota kasta itu yang boleh memasuki dan
beribadah di dalamnya; baris paling dalam hanya oleh dimasuki kasta Brahmana,
berikutnya hingga baris terluar adalah barisan candi untuk Ksatriya, Waisya,
dan Sudra. Sementara pihak lain menganggap tidak ada kaitannya antara candi
perwara dan empat kasta. Barisan candi perwara kemungkinan dipakai untuk
beribadah, atau tempat bertapa (meditasi) bagi pendeta dan umatnya.
Ø Arsitektur Penampang
candi Siwa
Arsitektur candi Prambanan berpedoman
kepada tradisi arsitektur Hindu yang berdasarkan kitab Wastu Sastra. Denah
candi megikuti pola mandala, sementara bentuk candi yang tinggi menjulang
merupakan ciri khas candi Hindu. Prambanan memiliki nama asli Siwagrha dan
dirancang menyerupai rumah Siwa, yaitu mengikuti bentuk gunung suci Mahameru,
tempat para dewa bersemayam. Seluruh bagian kompleks candi mengikuti model alam
semesta menurut konsep kosmologi Hindu, yakni terbagi atas beberapa lapisan
ranah, alam atau Loka.
Seperti Borobudur, Prambanan juga
memiliki tingkatan zona candi, mulai dari yang kurang suci hingga ke zona yang
paling suci. Meskipun berbeda nama, tiap konsep Hindu ini memiliki sandingannya
dalam konsep Buddha yang pada hakikatnya hampir sama. Baik lahan denah secara
horisontal maupun vertikal terbagi atas tiga zona.
Bhurloka
(dalam Buddhisme: Kamadhatu), adalah ranah terendah makhluk yang fana; manusia,
hewan, juga makhluk halus dan iblis. Di ranah ini manusia masih terikat dengn
hawa nafsu, hasrat, dan cara hidup yang tidak suci. Halaman terlar dan kaki
candi melambangkan ranah bhurloka.
Bhuwarloka (dalam Buddhisme:
Rupadhatu), adalah alam tegah, tempat orang suci, resi, pertapa, dan dewata
rendahan. Di alam ini manusia mulai melihat cahaya kebenaran. Halaman tengah
dan tubuh candi melambangkan ranah bhuwarloka.
Swarloka (dalam
Buddhisme: Arupadhatu), adalah ranah trtinggi sekaligus tersuci tempat para
dewa bersemayam, juga disebut swargaloka. Halaman dalam dan atap candi
melambangkan ranah swarloka. Atap candi-candi di kompleks Prambanan dihiasi
dengan kemuncak mastaka berupa ratna (Sanskerta: permata), bentuk ratna
Prambanan merupakan modifikasi bentuk wajra yang melambangkan intan atau
halilintar. Dalam arsitektur Hindu Jawa kuno, ratna adalah sandingan Hindu
untuk stupa Buddha, yang berfungsi sebagai kemuncak atau mastaka candi.
Pada saat pemugaran, tepat di bawah arca
Siwa di bawah ruang utama candi Siwa terdapat sumur yang didasarnya terdapat
pripih (kotak batu). Sumur ini sedalam 5,75 meter dan peti batu pripih ini
ditemukan diatas timbunan arang kayu, tanah, dan tulang belulang hewan korban.
Di dalam pripih ini terdapat benda-benda suci seperti lembaran emas dengan
aksara bertuliskan Waruna (dewa laut) dan Parwata (dewa gunung). Dalam peti
batu ini terdapat lembaran tembaga bercampur arang, abu, dan tanah, 20 keping
uang kuno, beberapa butir permata, kaca, potongan emas, dan lembaran perak,
cangkang kerang, dan 12 lembaran emas (5 diantaranya berbentuk kura-kura, ular
naga (kobra), padma, altar, dan telur).[18]
Ø Relief
Relief di Prambanan menampilkan Shinta
tengah diculik Rahwana yang menunggangi raksasa bersayap, sementara burung
Jatayu di sebelah kiri atas mencoba menolong Shinta.
Panil khas Prambanan, singa di dalam
relung diapit dua pohon kalpataru yang masing-masing diapit oleh sapasang
kinnara-kinnari atau sepasang margasatwa.
·
Ramayana dan
Krishnayana
Candi
ini dihiasi relief naratif yang menceritakan epos Hindu; Ramayana dan
Krishnayana. Relif berkisah ini diukirkan pada dinding sebelah dalam pagar
langkan sepanjang lorong galeri yang mengelilingi tiga candi utama. Relief ini
dibaca dari kanan ke kiri dengan gerakan searah jarum jam mengitari candi. Hal
ini sesuai dengan ritual pradaksina, yaitu ritual mengelilingi bangunan suci
searah jarum jam oleh peziarah. Kisah Ramayana bermula di sisi timur candi Siwa
dan dilanjutkan ke candi Brahma temple. Pada pagar langkan candi Wisnu terdapat
relief naratif Krishnayana yang menceritakan kehidupan Krishna sebagai salah
satu awatara Wishnu.
Relief
Ramayana menggambarkan bagaimana Shinta, istri Rama, diculik oleh Rahwana.
Panglima bangsa wanara (kera), Hanuman, datang ke Alengka untuk membantu Rama
mencari Shinta. Kisah ini juga ditampilkan dalam Sendratari Ramayana, yaitu
pagelaran wayang orang Jawa yang dipentaskan secara rutin di panggung terbuka
Trimurti setiap malam bulan purnama. Latar belakang panggung Trimurti adalah
pemandangan megah tiga candi utama yang disinari cahaya lampu.
·
Lokapala, Brahmana,
dan Dewata
Di
seberang panel naratif relief, di atas tembok tubuh candi di sepanjang galeri
dihiasi arca-arca dan relief yang menggambarkan para dewata dan resi brahmana.
Arca dewa-dewa lokapala, dewa surgawi penjaga penjuru mata angin dapat
ditemukan di candi Siwa. Sementara arca para brahmana penyusun kitab Weda
terdapat di candi Brahma. Di candi Wishnu terdapat arca dewata yang diapit oleh
dua apsara atau bidadari kahyangan.
·
Panil Prambanan: Singa
dan Kalpataru
Di
dinding luar sebelah bawah candi dihiasi oleh barisan relung (ceruk) yang
menyimpan arca singa diapit oleh dua panil yang menggambarkan pohon hayat
kalpataru. Pohon suci ini dalam mitologi Hindu-Buddha dianggap pohon yang dapat
memenuhi harapan dan kebutuhan manusia. Di kaki pohon Kalpataru ini diapit oleh
pasangan kinnara-kinnari (hewan ajaib bertubuh burung berkepala manusia), atau
pasangan hewan lainnya, seperti burung, kijang, domba, monyet, kuda, gajah, dan
lain-lain. Pola singa diapit kalpataru adalah pola khas yang hanya ditemukan di
Prambanan, karena itulah disebut "Panil Prambanan".
Ø Museum Prambanan
Di dalam kompleks taman purbakala
candi Prambanan terdapat sebuah museum yang menyimpan berbagai temuan benda
bersejarah purbakala. Museum ini terletak di sisi utara Candi Prambanan, antara
candi Prambanan dan candi Lumbung. Museum ini dibangun dalam arsitektur tradisional
Jawa, berupa rumah joglo. Koleksi yang tersimpan di museum ini adalah berbagai
batu-batu candi dan berbagai arca yang ditemukan di sekitar lokasi candi
Prambanan; misalnya arca lembu Nandi, resi Agastya, Siwa, Wishnu, Garuda, dan
arca Durga Mahisasuramardini, termasuk pula batu Lingga Siwa, sebagai lambang
kesuburan.
Replika harta karun emas temuan
Wonoboyo yang terkenal itu, berupa mangkuk berukir Ramayana, gayung, tas, uang,
dan perhiasan emas, juga dipamekan di museum ini. Temuan Wonoboyo yang asli
kini disimpan di Museum Nasional Indonesia di Jakarta. Replika model arsitektur
beberapa candi seperti Prambanan, Borobudur, dan Plaosan juga dipamerkan di
museum ini. Museum ini dapat dimasuki secara gratis oleh pengunjung taman
purbakala Prambanan karena tiket masuk taman wisata sudah termasuk museum ini.
Pertunjukan audio visual mengenai candi Prambanan juga ditampilkan disini.
II.II.
Informasi dan Sejarah Museum Kelistrikan TMII
Museum Listrik dan Energi Baru (Museum
LEB) adalah salah satu museum sains yang menyajikan koleksi peragaan tentang
energi dan listrik yang berada di Taman Mini Indonesia Indah. Rancang-bangunnya
mengacu pada konsep arsitektur berbentuk tapak “Struktur Atom”, yaitu satu
proton dikelilingi tiga elektron, diaplikasikan dalam bentuk Anjungan Listrik
yang dikelilingi tiga bangunan lain, yakni Anjungan Energi Baru, Anjungan
Energi Fosil, dan Anjungan Energi Konvesional.
Sebagai wahana pendidikan dan rekreasi,
Museum LEB mengemban fungsi menyampaikan informasi teknologi kelistrikan dan
energi, baik dari sejarah perkembangan teknologi, aplikasi energi di Indonesia
dari masa ke masa, maupun semangat inovasinya kepada generasi mendatang.
Tata pamerannya memungkinkan pengunjung
diajak mengenal segala aspek listrik dengan alur yang jelas dan runtut,
penyajian yang interaktif karena didukung teknologi komputer (audiovisual).
Terdapat 619 unit koleksi peraga yang
dipamerkan di dalam dan di luar gedung. Pameran di dalam gedung meliputi
pengenalan energi, teori, sejarah, hingga pemanfaatan listrik dan energi.
Berbagai alat peragaan yang menarik dapat dicoba secara interaktif, misalnya
kompor surya, sepeda, dan harpa ajaib.
Di dalam “Ruang Cerdas Energi”,
pengunjung diajak berinteraksi dengan memainkan benda-benda peraga agar lebih
memahami gejala yang berasal dari energi dan listrik. Pameran dan peragaan
antara lain meliputi Diorama Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi, Simulasi
Konsumsi Listrik di Rumah Tangga (di sini pengunjung diajak membaca data berapa
watt listrik yang digunakan sehari-hari), Konversi Energi Listrik Menjadi Panas
(memperlihatkan bagaimana listrik dapat memanaskan air), Plasma Ball (alat yang
dapat menunjukkan bahwa tubuh manusia mengandung energi listrik), Permainan
Magnet, Permainan Adu Cepat, Harpa Ajaib (pengunjung dapat memainkan harpa
tanpa senar karena senar dawai diganti dengan sinar infra merah), serta
Komputer Interaktif Kuis dan Game tentang energi yang menguji ketangkasan dan
daya ingat.
Peragaan di luar gedung meliputi Kompor
Tenaga Surya Serba Guna yang digunakan untuk memasak sekaligus sebagai antene
parabola yang dapat menerima ± 150 saluran televisi, Rumah Energi Baru yang
mengubah energi matahari dan angin menjadi listrik, Mobil Tenaga Surya dengan
menggunakan tenaga matahari.
Selain menyajikan benda-benda
koleksinya, museum juga memiliki ruangan yang berfungsi sebagai tempat seminar
lengkap dengan perangkat multi media dan juga menyediakan sarana penginapan.
Museum listrik dan energi baru (museum
LEB) adalahsalah satu museum sanin yang menyajikan koleksi peragaan tentang
energi dan listrik. Gagasan pembangunan museum LEB dicetuskan oleh menteri
pertambangan dan energi, Ir. Ginanjar Kartasasmita bersamaan dengan peringatan
100 tahun keenagalisrikan di Indonesia dan diresmikan pada tanggal 20 April
1995 oleh Presiden Soeharto.
Bangunan museum LEB memiliki luas 6.500
m2, didirikan diatas 2 hektar dan dibangun dengan konsep arsitektur modern
berbentuk tapak struktur atom, yakni satu proton yang dikelilingi oleh tiga
electron, diaplikasikan dalam bentuk anjungan lintrik yang dikelilingi tiga
bangunan lain, yaitu Anjungan Energi Baru, Anjungan Energi Fosil, dan Anjungan
Energi Konvensional.
Sebagai wahana pendidikan dan rekreasi,
museum LEB mengemban fungsi menyampaikan innformasi teknologi kelistrikan dan
energi, baik dari sejarah perkembangan teknologi, aplikasi energi di Indonesia
dari masa ke masa, meupun semangat inovasinya kepada generasi mendatang. Tata
pamerannya memungkinkan pengunjung diajak mengenal segala aspek listrik dengan
alur yang jelas dan runtut, penyajian yang interaktif dan edukatif karena
didukung sarana audio visual yang memadai. Kesan yang timbuljika kita
berkunjung ke museum ini jauh dari bayangan tempat yang menyimpan benda-benda
kuno.
Pameran benda-benda koleksi berada di
dalam dan di luar gedung. Pameran di dalam gedung meliputi pengenalan energi,
teori, sejarah hingga pemanfaatan listrik dan energi. Berbagai permainan
menarik tersedia di ruangan khusus “Ruang Cerdas Energi” dimana para pengunjung
diajak berinteraksi dengan memainkan benda-benda peraga agar lebih memahami
gejala yang berasal dari energi dan listrik. Pameran dan peragaan antara lain
meliputi Diorama Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi, Simulasi Konsumsi
Listrik Rumah Tangga. Di sini pengunjung diajak membaca data berapa watt
listrik yang digunakan sehari-hari. Konversi energi listrik menjadi panas,
memperlihatkan bagaimana listrik dapat memanaskan air ; plasma ball, alat yang
menunjukan bahwa tubuh manusia mengandung energi listrik ; permainan magnet,
permainan adu cepat, harpa ajaib, dimana pengunjung dapat memainkan harpa tanpa
senar, karena senar dawai diganti dengan sinar infra merah ; serta computer
interaktif kuis dan game tentang energi yang menguji ketangkasan, daya ingat,
dan lain-lain.
Peragaan di gedung meliputi Kompor
Tenaga Surya Serba Guna yang digunakan untuk memasak sekaligus antene parabola
yang dapa tmenerima kurang lebih 150 saluran televise, rumah energi baru yang mengubah
energi matahari dan angina menjadi listrik, Mobil Tenaga Surya hasil inovasi
mahasiswa ITS dengan menggunakan tenaga matahari.
Selain menyajikan benda-benda
koleksinya, Museum LEB juga memiliki ruangan yang dapat digunakan untuk seminar
lengkap dengan perangkat multi media dan jug amenyediakan sarana penginapan.
Berbagai macam kegiatan pernah diselenggarakan baik di dalam maupun diluar
museum LEB. Antara lain lomba kreatifitas anak tingkat TK, lomba keterampilan
remaja, pergelaran seni, pameran keliling museum masuk sekolah, serta p[ameran
temporer di pusat keramaian (Mall).
BAB III
PENUTUP
III.I Penutup
Assalamualaikum W.W.
Sudah seminggu saya melaksanakan kegiatan study wisata
dan dalam sekitar 15 hari saya dapat menyelesaikan laporan perjalanan study
wisata. Saya berkesimpulan bahwa adanya kegiatan study wisata dapat menambah
pengetahuan saya baik akademik maupun non akademik dan mengerti banyak hal arti
kebersamaan.
Demikian laporan dari saya mengenai hasil kegiatan study
wisata, semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca dan penulis. Apabila terdapat
kekurangan dalam penulisan laporan ini saya mohon maaf atas kesalahan saya dan
kepada Allah saya mohon ampun.
Wassalamualaikum W.W.
Lampiran
1.1.Museum
Dirgantara Mandala Yogyakarta
1.2.Study
Wisata Candi Prambanan
1.3
Study wisata di Keraton Yogyakarta
1.3 Study Wisata
di Taman Pintar
1.4 Tempat
Penginapan Hotel Wisma Aji
1.6 Study Wisata di
Bayt Alqur’an
1.7
Study Wisata di Museum Kelistrikan dan
Energi Baru
1.8
Alat - Alat di PP IPTEK
Tidak ada komentar:
Posting Komentar